LEADERSHIP PEMASARAN UMKM

  • Kepemimpinan bisnis, tidak terkecuali umkm, hari ini bersifat multidimensi, berorientasi dari luar ke dalam dan bersifat inkremental. Penggiat umkm dituntut untuk terus memonitor secara efektif bagaimana lanskap pasar bekerja, dan fokus pada "melakukan sesuatu" dari pada "mengatakan sesuatu" kepada karyawannya.

    Masih banyak penggiat umkm yang harus dibina tentang pemasaran, pengelolaan bahan baku, modal kerja, manajemen, teknologi, sumber daya manusia, dan tentu saja pembinaan kewirausahaan dan profesionalisme. Tidak sedikit pengalaman saat kita bertransaksi, misalnya ke sentra sepatu, beli sepatu No. 41, kadang sempit, kadang longgar. Begitu juga kaos yang kita beli itu luntur, ukuran t-shirt XL produk A, lain dengan produk usaha B. Minta merah, datang hijau dan tidak tepat waktu, yang ada di promo beda dengan barang yang datang, dan masih banyak lagi pengalaman yang tidak menyenangkan lainnya.

    Untuk mengelola titik sentuh dengan pelanggan maka pemimpin harus memberi tuntunan langsung, melakukan walk the talk atau leading by example. Pemimpin dinilai dari tindakannya yang bertanggungjawab. Seorang pemimpin tahu kapan ia harus berbicara, mendengar, bertindak, atau menunggu dan kemampuannya menavigasi kesulitan mendefinisikan kepemimpinannya yang sejati. Misalnya dalam bidang pemasaran, tentang bagaimana pemilihan barang yang baik, penyusunan tata letak barang, pemrosesan keluhan pelanggan, menangani pengembalian barang dan lain-lain. Dengan cara inilah penggiat umkm dapat “menjual” secara baik konsep pemasaran bisnisnya kepada para “staf”.

    Marketing is about serving. Komitmen penggiat umkm - manajemen puncak - amatlah dinantikan untuk membangun kesadaran melayani pelanggan yang merupakan contoh paling nyata untuk mendukung pelayanan. Bila komitmen ini absen, maka sebaik apapun karyawan yang kita miliki, mereka akan enggan untuk melayani pelanggan dengan baik. Perlu inisiasi untuk mengikat karyawan membangun komitmen mereka karena komitmen adalah kata kunci kinerja seluruh elemen dalam organisasi. Begitu komitmen karyawan bisa dibangkitkan maka tingkat efektivitas seorang pemimpin dipastikan akan meningkat. Bisnis yang unggul pasti mempunyai karyawan yang memiliki komitmen tinggi.

    Kepemimpinan yang melayani sebagai gaya kepemimpinan kekinian. Kepemimpinan bisnis masa kini berbasis kepuasan pelanggan. pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain.

    Penggiat umkm yang mendapat laba harus memberikan apresiasi yang manusiawi kepada karyawan dengan memperlakukan mereka sebagai manusia seutuhnya. Dengan kata lain, karyawan harus diperlakukan sebagai “pelanggan internal” yang terpuaskan. Karyawan yang sudah diperlakukan seperti itu diharapkan akan mempunyai rasa memiliki perusahaan, karena itu ia akan memberikan pelayanan total untuk memuaskan pelanggan.

    Pemimpin yang berhati pelayan adalah pemimpin yang justru menjadikan karyawan sebagai subjek yang harus dilayani dengan baik agar mereka dapat menghasilkan produk dan jasa dengan baik dan mampu melayani pelanggan dan seluruh pemangku kepentingan dengan baik.

    Kalau pemimpin mengajarkan karyawan untuk menjadi pelayan yang baik bagi pelanggan, sudah sepantasnya pemimpin dapat menjadi pelayan bagi pelanggan dan karyawannya juga. Karyawan tidak akan mengerti konsep pelayanan kecuali ia sendiri mampu merasakan bagaimana dilayani dengan baik dan benar oleh organisasinya, termasuk didalamnya oleh pemimpinnya sendiri.

    Karyawan yang dilayani dengan baik ia akan mampu melayani pelanggan dengan baik pula. Pemimpin yang berhasil bisa membuat semua elemen dalam organisasi bekerja dengan hati. Berada di hati mereka adalah investasi dalam bentuk doa-doa yang baik kepada seorang pemimpin.

    Salah satu skills pemimpin yang harus dikuasai adalah "komunikasi" dengan tim dan stakeholders serta terampil dalam mengelola perubahan. Tidak sedikit pemimpin gagal memimpin tim dengan baik karena tidak peka terhadap situasi tim, tidak bisa membaca yang tersirat, dan tidak mau mendengar yang tidak disukai.

    Penggiat umkm yang baik memang harus trampil dan paham kompetensi soft skills yang lebih berhubung dengan kepemimpinan, managerial, karakter dan sikap dan juga hard skills lebih kepada keahlian teknis suatu bidang. Pemimpin yang baik mampu mengidentifikasi kemampuan karyawan. Keberagaman latar belakang jauh lebih sukses dibanding tim dari latar belakang yang relatif homogen.

    Setelah ini dilalui, pemimpin yang sukses akan mampu mendelegasikan wewenang secara efektif. Untuk bisa berhasil mentransformasikan organisasi seorang pemimpin dituntut untuk mampu mentransformasikan diri sendiri agar kita merasakan betapa besar kekuatan yang pemimpin miliki untuk mentransformasi organisasi, berani mencanangkan masa depan yang selama ini dianggap mustahil.

    Pemimpin merupakan instrumen utama yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk menyampaikan impiannya, menunjukkan kearah keberhasilan mereka, dan membantu orang agar bisa bekerja sama secara efektif untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah. Oleh karena itu, uji nyata bagi seorang pemimpin adalah membuat bukti menjadi sebuah persyaratan, bukan sekedar visi atau tujuan. Artinya, dia harus dapat membuktikan terciptanya keunggulan bisnis sekaligus bertanggung jawab terhadap lingkungan.

  • 0 Comments:

    Post a Comment

    ALAMAT

    Cihanjuang - Cimahi, Jawa Barat

    EMAIL

    idoeyoptima@gmail.com

    TELEPON

    (022) 664 6418

    MOBILE

    +62 812-2137-498