Libur lebaran selalu menjadi momen yang tepat untuk bisa menjadi kesempatan mengunjungi beberapa destinasi wisata menarik, tidak terkecuali Kota Bandung. Lembaran data Disbudpar Kota Bandung mencatat angka kunjungan wisatawan ke sejumlah tempat wisata di Kota Kembang selama libur Lebaran sebanyak 21.252 orang selama periode 5-11 April 2024.
Tersebarnya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung kebanyak destinasi favorit mengingatkan penggiat wisata bahwa preferensi wisatawan berbeda dalam satu dan dua hal. Tidak ada penggiat wisata yang dapat memenuhi semua kebutuhan wisatawan.
Kebutuhan-kebutuhan segmentasi wisatawan harus dipertimbangkan lebih dini pada pengembangan strategi pengendalian pasar wisatawan karena adanya minat yang sangat individual choice, atau suka-suka mereka mau ke DTW primer, sekunder atau komplementer, sesuai minatnya.
Program-program pemasaran wisata yang terpisah, umumnya dengan produk wisata yang berbeda, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khas setiap segmen wisatawan.
Dengan cara ini, penggiat wisata akan mampu menghadirkan pengalaman yang berkesan dan mendalam yang “sesuai” untuk bagian wisatawan yang relatif homogen dari pasar wisatawan total. Karenanya, segmentasi wisatawan menjadi titik awal yang menginisiasi kesesuaian yang lebih baik antara apa yang ditawarkan penggiat wisata dan apa yang diharapkan wisatawan.
Eksplorasi dalam memahami kebutuhan dan pemahaman tentang pola perjalanan pengunjung/ wisatawan ke dan di destinasi wisata, dapat digolongkan kedalam 4 (empat) pola kunjungan, yaitu recreationist (berkunjung kurang dari 6 jam), day tripper (berkunjung antara 6-12 jam), excurtionist (berkunjung pulang hari, bisa dari subuh sampai subuh tetapi tidak bermalam), yaitu mereka yang mengunjungi Kota Bandung sebagai tujuan utama, dan tourist (menginap, lebih dari 24 jam) yang melakukan perjalanan antara 2 sampai dengan 3 hari, dimana Kota Bandung selain sebagai tujuan utama, juga sebagai transit point.
Ada kesamaan kebutuhan dan keinginan wisatawan dari semua kelompok tersebut yaitu aman, tertib, bersih, kesejukan/ sifatnya, keindahan, keramahan, dan kenangan yang baik. Itu adalah produk kolektif warga kota/ masyarakat dan pemerintah.
Yang membedakannya hanya point of interest-nya. Ada yang lebih ke daya tarik utama, ada yang lebih tertarik ke aspek komplementernya.
Bagi Kota Bandung, intensitas pola kunjungan wisatawan ke Kota Bandung tidak terlepas dari keterkaitan usaha pariwisata dengan moda transportasi sebagai prasarana akses ke Kota Bandung. Interkorelasi antar sektor usaha yang satu dengan lainnya sangat erat dan saling-berkaitan, sehingga menimbulkan bisnis yang bersifat mutual benefits.
Berkaitan dengan pola kunjungan, para pengunjung yang masuk dalam jenis recreationist menjadikan Kota Bandung untuk mendapatkan kesenangan, umumnya wisatawan lokal. Sedangkan pengunjung yang masuk kategori day trippers telah menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan utama dengan motif kunjungan yang beragam sesuai dengan harapan dan keinginannya, seperti yang dikhususkan untuk berbisnis, berbelanja, makan di restoran khas daerah, dan wisata rohani. Kriteria day trippers adalah individual, keluarga, dan kelompok dengan special interest, yang melakukan perjalanannya disetiap hari kerja (week-days).
Sementara para pengunjung yang masuk dalam jenis excurtionist, kota Bandung telah dijadikan sebagai tujuan kunjungan pelengkap – namun menjadi “high-light“ dalam perjalananannya, setelah mereka mendatangi wilayah yang berada diseputar Kota Bandung, seperti halnya objek daya-tarik yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, Subang dan Sumedang serta Kabupaten Garut. Kriteria kelompok ini didominasi oleh keluarga dan group, yang perjalanannnya lebih banyak dilakukan di hari libur maupun akhir minggu.
Selanjutnya, para pengunjung yang masuk dalam jenis wisatawan (tourist), adalah mereka yang menjadikan Kota Bandung tidak hanya sebagai tujuan utama dalam paket perjalanan wisata namun Kota Bandung menjadi distribution point ke wilayah diseputar Kota Bandung, dan sekaligus menjadi transit point dalam pola perjalanan wisata sebelum menuju ke kota berikutnya, baik ke wilayah Jakarta, maupun Jawa Tengah ataupun Jogjakarta.
Kriteria kelompok wisatawan ini didominasi oleh group, keluarga dan individual, yang perjalanannya tidak mengenal waktu libur maupun kerja.
Dengan demikian seluruh strategi pemasaran destinasi wisata dibangun diatas STP – Segmentation, Targeting dan Positioning. Penggiat wisata pariwisata mencari sejumlah kebutuhan dan kelompok wisatawan yang berbeda di destinasi, membidik kebutuhan dan kelompok yang dapat dipuaskannya dengan cara yang unggul, dan selanjutnya memposisikan tawarannya sedemikian rupa sehingga wisatawan sasaran mengenal tawaran dan citra khas penggiat wisata tersebut.
Segmentasi pasar wisatawan memainkan peranan kunci dalam strategi-strategi pemasaran pariwisata. Hampir semua pasar wisatawan, termasuk kelompok-kelompok orang atau organisasi memiliki kebutuhan dan pilihan produk wisata yang berbeda.
Segmentasi pasar membantu para penggiat wisata untuk mendefinisikan kebutuhan dan keinginan wisatawan secara tepat, membantu para pengambil keputusan penggiat wisata agar lebih akurat dalam mendefinisikan tujuan pemasaran dan lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya.
Biasanya lebih memuaskan bila memasarkan produk-produk kepada segolongan wisatawan yang mempunyai ciri-ciri, keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang sama dari pada ke wisatawan umum yang tidak dibedakan. Kecocokan antara apa yang diinginkan wisatawan dengan apa yang ditawarkan penggiat wisata mungkin lebih dekat.
Untuk Kota Bandung, salah satu langkah prioritas yang masih mungkin dilakukan agar wisatawan ke daya tarik minat khusus, utamanya MICE seharusnya lebih didorong.
Banyak keuntungannya disitu, profil wisatawannya educated (tidak ‘merusak”), lama tinggal 2-3 hari, harga yang baik, ada spouse atau family (penyerta), jadi bisa ada ladies programme, kids programme selama MICE berlangsung, dan lain-lain.
Adanya kecenderungan untuk terjadinya suatu heterogenitas wisatawan Kota Bandung pada masa mendatang merupakan fenomena baru yang memiliki probabilitas tinggi. Oleh karena itu, upaya pemahaman kelompok-kelompok pasar wisatawan yang berbeda, untuk dijadikan pasar sasaran, akan sangat tergantung pada pemahaman stakeholder pariwisata yang seksama atas dasar-dasar segmentasi.
Semua ini berpulang kembali pada SDM Regulatornya. Ketrampilan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinerginya harus selalu ditingkatkan, sehingga fungsi mereka dapat dirasakan oleh masyarakat (masyarakat kepariwisataan, masyarakat luas, unsur terkait).
0 Comments:
Post a Comment