Pada dasarnya, di semua kota/ kabupaten di Jawa Barat pasti memiliki daya tarik yang berbeda. Keunikan, kebhinekaan di Jawa Barat mungkin saja menjadi salah satu yang terkaya variannya di dunia. Terdapat kekayaan alam dan pemandangan alam di suatu daerah, juga ada terdapat kekuatan budaya yang sangat khas di daerah lainnya, bahkan juga ada daerah yang kaya dengan daya tarik buatan, kreasi dan inovasi warga kotanya, ada pula yang memiliki daya tarik ketigan-tiganya sekaligus.
Untuk dapat bersaing, setiap destinasi dituntut untuk melakukan pengembangan sisi supply/ sediaan/ penawaran, pengembangan sisi permintaan/ pasar dan pengembangan institusi kepariwisataan.
Pengembangan sisi supply/ sediaan/ penawaran yang terdiri atas: pengembangan destinasi yaitu pengembangan berbagai tempat tujuan wisata; yang saling berhubungan dan saling melengkapi serta tidak bersaing secara internal, dan pengembangan industri pariwisata dimaksudkan untuk mengoptimalkan kaitan-kaitan ekonomi kedepan dan kebelakang (forward and backward) yang memiliki keuntungan kompetitif di tingkat regional, serta memiliki kredibilitas yang tinggi
Pengembangan sisi permintaan/ pasar mencakup pengembangan citra destinasi secara lokal dan regional serta nasional; dan penetrasi serta diversifikasi pasar untuk meningkatkan pasar tradisional menjadi wisatawan pengulang (repeaters) dan memperluas segmen pasar yang baru.
Pengembangan institusi kepariwisataan menyangkut organisasi, sumber daya insani serta regulasi, yang akan menangani pengelolaan kepariwisataan ditingkat makro maupun mikro ditingkat korporasi. Institusi ini mencakup institusi publik, swasta maupun masyarakat serta kombinasi diantaranya. Ketiganya perlu dikembangkan secara bersama-sama.
Pariwisata tidak mengenal lintas batas daerah, karena fokusnya adalah daya tarik/ obyeknya, sehingga harus ada tingkat diatas kota dan kabupaten yang mengurusinya. Kondisi faktual menunjukkan Jawa Barat belum mampu melakukan promosi pariwisatanya secara masing-masing karena berbagai prioritas yang harus dikedepankan karena amanat Otonomi Daerah seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur kota dan banyak lagi. Mereka mungkin bukannya tidak tahu apalagi tidak mau melakukan fasilitasi dan promosi pariwisatanya, namun memang lebih kepada keterbatasan sumber dayanya. Kita harus mengahiri ‘perpecahan ini’ dan memulai penataan persaingan secara terbuka antara kota/ kabupaten di Jawa Barat dengan pasar wisata global secara langsung ‘head to head’ (bukan bersaing dengan kota/ kabupaten lain) karena secara propinsi bahkan nasional kita juga masih dapat dikatakan belum berhasil.
Pengembangan penempatan (positioning) destinasi wisata Jawa Barat beserta kantong-kantong pengembangannya dilakukan dengan memanfaatkan potensi lokal secara komparatif dan kompetitif dengan menciptakan identitas yang spesifik dan berbeda sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan fungsi komplementer antar kantong pengembangan secara utuh.
Pengembangan ‘identitas dan penempatan’ destinasi wisata Jawa Barat salah satunya dapat diarahkan pada: “Pariwisata yang Dinamis, Nyaman, Hijau, dan Berbudaya”. Identitas ini mendorong wisatawan untuk menikmati kunjungannya dalam semangat destinasi yang hidup, kreatif, inovatif, dengan aneka ragam daya tarik alam, aktivitas rekreasi, dan hiburan perkotaan, bisnis, seni dan budaya, lingkungan yang bersih dan hijau, dan penuh kebahagiaan.
Secara operasional identitas ini dapat dikomunikasikan secara luas melalui branding yang tepat. Adapun sub-identitas yang dikembangkan adalah: alam, belanja, kuliner, heritage, rekreasi, rohani, pengetahuan/pendidikan dan seni-budaya.
Kurang lebihnya kita mestinya bisa meniru jejaring objek daya tarik wisata (odtw) -nya USA, jualan tiap negara bagiannya “beda”. Jawa Barat juga bisa begitu, mana unggulan masing-masing kota/ kabupatennya (1-2 daya tarik yang spesifik), lalu undang ahli-ahli dan biro perjalanan, hotel-hotel, pemandu wisata, kemudian buat choice rute-nya, misal Jawa Barat Selatan 2-3 hari, West Java Volcanoe, West Java Traditional , dan sebagainya.
Sub-sub identitas tersebut di atas dimiliki oleh kantong-kantong pengembangan pariwisata Jawa Barat. Arti dari ‘Identitas dan Penempatan’ di atas adalah bahwa sebagai satu destinasi, Jawa Barat menawarkan keutuhan identitas destinasi wisata melalui pengembangan ‘kantong pengembangan’ secara tematik, terkoneksi satu dengan yang lain, dan lebih merata.
Setiap kantong pengembangan memiliki identitas sendiri dengan mengedepankan sifat complimentary antar kantong pengembangan untuk memperkuat daya saing destinasi, penajaman dan perluasan pasar wisatawan potensial. Pengembangan aktivitas wisata diarahkan pada daya pesona dan ‘hidup’ yang menimbulkan optimasi pengalaman wisata melalui penciptaan pilihan aktivitas wisata, yang berorientasi pada: alam, budaya, belanja, dan kuliner. Pengembangan pasar wisata tidak terlepas dari kinerja tour operator. Untuk itu, tour operator perlu difasilitasi pemerintah.
Komunikasi dan promosi eksternal dapat dilakukan secara umum maupun segmental untuk memperkuat pengetahuan pasar (market awareness) akan identitas kantong pengembangan Jawa Barat sebagai destinasi wisata, untuk mengembangkan eksplorasi dan inovasi potensi wisata Jawa Barat, sesuai selera wisatawan yang berkunjung untuk memenuhi kebutuhan khas setiap segmen, yang merupakan bagian yang relatif homogen dari wisatawan total Jawa Barat.
Komunikasi dan promosi internal dilakukan untuk memberikan arahan yang kuat kepada pemangku kepentingan dalam pengembangan dan investasi produk dan sarana wisata (instansi terkait, BUMN/BUMD, pelaku usaha pariwisata, organisasi terkait, masyarakat) serta mensinergikan program dan kegiatan promosi pariwisata agar seluruh mata rantai produk wisata secara individu kuat, yang akhirnya secara kolektif akan membentuk pencitraan yang baik sebagai destinasi wisata Jawa Barat.
0 Comments:
Post a Comment