Diantara maksud wisata dalam Islam adalah mengambil pelajaran dan peringatan. Maksud ini ada dalam beberapa surat dalam Al-Quran, salah satunya QS Al-Mulk 67: ayat 15, Allah Subhannahu Wa Ta’ala berfirman: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Dalam konteks ini penulis dapat menafsirkan bahwa Allah Subhannahu Wa Ta’ala “menyuruh” agar umat manusia melancong, travelling, piknik, wisata kuliner dan mentadaburi segala apa yang ia lihat dan rasakan selama perjalanan wisatanya. Ini, tak lain agar keimanan umat muslim semakin bertambah.
Tidak berlebihan kiranya bahwa inti dari wisata itu, selain sekadar menyingkirkan kejenuhan dan kepenatan, sebetulnya ialah mengambil pelajaran dan hikmah dari peninggalan sejarah masa lalu atau merefleksikan berbagai fenomena keajaiban alam. Ini diharapkan akan bermuara pada menebalnya keimanan seseorang.
Quotes yang populer dikepariwisataan bahwa pariwisata diciptakan pada saat Tuhan tersenyum, memang demikian adanya. Intinya keindahan, menyenangkan dan membahagiakan. Wisata itu memang untuk memenuhi hasrat psikologis bathiniah keingintahuan. Hati senang, gembira, bahagia, khusnuzon, secara scientific bakal meningkatkan imun.
Berwisata adalah “membeli” pengalaman yang membahagiakan. Menikmati alam dan mendekatkan diri kepada pencipta-Nya, mengenal budaya lain, bertemu dengan orang yang berbeda bahkan dengan warna kulit dan bahasa (dan budaya) berbeda. Itu sangat menyenangkan.
Kiranya tepat jika kita menempatkan wisata (baca: liburan) sebagai kewajiban, bukan hanya kalau bisa, tetapi harus bisa karena berfungsi menjaga kesehatan mental dan fisik. Orang-orang yang semasa mudanya memiliki momen liburan yang berkualitas berpotensi menjadi pribadi yang bahagia dan sehat mental dilanjut usia. Setiap tahun memang butuh penyeimbang dikarenakan kepenatan pikiran dan beban hidup. Seperti recharge (penyegaran), siap beraktivitas dengan rencana baru.
Manusia tidak semestinya dibombardir terus dengan pekerjaan dan permasalahan. Butuh waktu untuk rehat. Semestinya liburan jadi momentum untuk berefleksi, menata kembali hidup, mendekatkan lagi dengan pasangan dan anggota keluarga yang lain, serta mengenali diri sendiri. Tujuannya untuk menata ulang atau reposisi apa yang ada di diri kita, seperti kesempatan untuk memencet tombol reset. Jadi semuanya bisa mulai lagi baru, start fresh. Suasana kebathinan seakan di re-start lagi. Bisa membangun semangat baru dan bukan menambah masalah hanya karena ingin terlihat keren saja di dunia maya.
Penting untuk membangkitkan spark (percikan semangat) ketika menjalani wisata agar lebih bermakna dan berkualitas. Menambah wawasan dengan bepergian ketempat asing, kita bisa belajar banyak hal, mulai budaya, makanan hingga transportasi. Berwisata menyingkir sejenak dari rutinitas yang ditemui sehari-hari (Kompas, 8 Januari 2023).
Kehadiran Bulan Suci Ramadhan yang tinggal hitungan beberapa hari kedepan sudah terasa atmosfirnya, disambut dengan antusiasme oleh umat muslim di berbagai belahan dunia dengan suka cita. Keberkahan Bulan Ramadhan yang hanya muncul setahun sekali membuat kehadirannya disambut dengan cara beragam lewat sejumlah tradisi di setiap negara.
Apalagi di Indonesia, sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia sudah pasti menyambut bulan ini dengan kemeriahan tradisi. Meleburnya budaya dan ajaran Agama Islam membuat Indonesia memiliki tradisi unik dalam setiap perayaan keagamaan. Tradisi saat menyambut bulan Ramadhan adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Banyak makanan spesial dan tempat makan hingga iklan-iklan unik yang hanya ada di bulan ini, meningkatnya intensitas jalan pagi selepas subuh, berbagi makanan sahur dan buka puasa dengan kerabat, beres-beres mushola atau masjid, banyak bertadarus sambil istirahat di masjid (seakan jiwa ini memohon untuk berteduh), berburu takjil bareng, mengejar imam taraweh favorit, banyak yang ikut pesantren kilat, makin rame beduk sahur hingga persiapan mudik pulang kampung. Kegiatan unik ini secara tidak langsung merupakan kegiatan wisata. Kehadiran Bulan Suci Ramadhan tidak menghambat aktivitas untuk berwisata, karena berwisata merupakan aktivitas untuk menikmati momen – momen tertentu.
Dibulan suci ini juga menjadikan kesempatan untuk umkm cenderamata/ cenderarasa, karena dapat dipastikan selepas ashar jalanan macet oleh warga kota yang rekreasi ngabuburit. Banyak kiranya komplek perumahan yang setiap Ramadhan sejak pintu masuk kompleks sampai lapangannya dikepung orang jualan. Sementara di dalam lapangan luas itu banyak keluarga yang rekreasi, ada yang sekedar gelar tikar cuma nonton, menerbangkan layangan, main bola, menerbangkan drone, olahraga ringan, memainkan mobil remote control, dan lain-lain.
Dengan demikian giat wisata bisa bernilai ibadah karena bisa menyenangkan keluarga, menjadi momen untuk merekatkan ikatan keluarga hingga komunikasi dengan keluarga jadi lebih bagus.
0 Comments:
Post a Comment