• Rehat Sejenak dengan Wisata Virtual


    Artikel ini telah diterbitkan di Galamedia. Klik untuk detail lebih lanjut.

    Keputusan Pemerintah memperpanjang dan memperluas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro masa mudik IdulFitri yang lalu semakin meniadakan traffic offline kepariwisataan.

    Pada akhirnya kondisi ini dinilai banyak pihak akan menjadikan pariwisata semakin terpuruk.

    Meskipun produk wisatanya masih ada, harga masih bisa diterima, calon wisatawannya banyak, namun minim kunjungan. Sementara disisi lain tersedia traffic online yang memungkingkan "brand" destinasi wisata harus mampu menjual disaat "produk" tidak dapat menjual.

    Pelaku wisata dituntut untuk mencari cara agar kondisi ini menjadi kesempatan bagi wisatawan untuk dapat mengeksplorasi informasi destinasi wisata.

    Setelah pembatasan perjalanan telah mereda, wisatawan memiliki kepercayaan diri untuk bepergian lagi.

    Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk memulai proses digitalisasi disektor pariwisata mengingat perkembangan telekomunikasi yang semakin membaik.

    Salah satu alternatif liburan yang banyak dipilih karena tidak melibatkan aktivitas banyak orang adalah virtual tourism alias wisata virtual.

    Perkembangan wisata virtual sebagai salah satu solusi traffic online selama masa pandemi semakin meningkat berdasar pada kondisi faktual dimana kebanyakan masyarakat saat ini orang masih harus work from home, tapi ingin hiburan dan wisata.

    Hasrat tinggi, pergerakan masih dibatasi, alternatifnya virtual, tapi terpuaskan.

    Menurut Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/ WTTC) wisata virtual adalah cara mempromosikan dan memberikan pengalaman wisata menggunakan alat virtual reality.

    Wisata virtual sejatinya memberikan gambaran nyata bagi calon wisatawan merasa seperti berada di destinasi dimana mereka inginkan.

    Dengan wisata virtual memungkinkan penggiat bisnis wisata dapat memindahkan wisatawan sasaran ke tingkat kesiapan kunjungan yang lebih tinggi mengingat perilaku kunjungan wisatawan adalah hasil akhir dari proses pengambilan keputusan yang panjang.

    Respon terakhir, tentu saja, adalah kunjungan dan kepuasan wisatawan.

    Meski wisata virtual bagus untuk "to know" sebagai promosi tidak dipungkiri kurang nampak dampaknya kepada masyarakat luas di destinasi.

    Memang betul, wisata virtual juga wisata, melakukan "perjalanan" ke suatu tempat, untuk melihat, menikmati, memuaskan keingintahuan apa yang tidak ada ditempat asal wisatawan.

    Namun secara ekonomi menunjukkan nilai ekonomi dan ukurannya sangat kecil, dibandingkan offline yaitu kunjungan, karena wisata virtual lebih banyak kearah reminder.

    Dari beberapa pegiat wisata yang sudah menerapkan wisata virtual, pandangan kasat mata memperlihatkan destinasinya sepi kunjungan wisatawan.

    Sopir taksi tidak ada penumpang, biro perjalanan banyak menganggur, restoran/ hotel hanya kegiatan lokal, bus wisata semua parkir di pool, pedagang kecil, cenderamata, cenderarasa juga idle, demikian juga mata rantai kepariwisataan lainnya.

    Namun demikian, tidak berarti wisata virtual tidak bisa digarap mengingat tujuan kedepannya adalah kunjungan. Konsep ini bisa menjadi ide yang bagus yaitu mendorong penggiat wisata bisa memasarkan destinasi wisatanya secara virtual.

    Lets your target market inspired. Saat seseorang rehat sejenak dan menyegarkan diri dari rutinitas dan pembatasan aktivitas di luar, mereka jadi terinspirasi oleh wisata virtual.

    Agar tampak dampaknya maka penggiat wisata harus mampu menciptakan permintaan diantara wisatawan yang sudah sangat terdiferensiasi melalui konten dan kemasan wisata virtualnya.

    Dari beberapa wisata virtual ada yang konten dan kemasanya ada yang sudah sesuai dengan minat, ada juga yang kurang atau bahkan tidak sesuai. Yang terpaut dengan minat, akan ada dalam hati rasa ingin kesana suatu waktu kelak.

    Upaya membangun kapabilitas wisata virtual dapat dimulai dengan berinvestasi dalam infrastruktur digital, kemudian mengembangkan pengalaman digital bagi wisatawan dan akhirnya membangun organisasi yang kuat dalam digital.

    Konten hendaknya memunculkan unique selling proposition keunggulan kompetitif dan komparatif mutu daya tarik destinasi, memaparkan amenitas wisata yang diusungnya, hingga keunikan itulah yang membuat sosok destinasi berkilau hingga mencuri perhatian calon wisatawan.

    Sedangkan kemasan wisata virtual dapat mengarah bagaimana menghantarkan nilai superior destinasi wisata kepada wisatawan melalui komunikasi yang efektif dan aksesibilitas yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkannya.

    Kesemua itu diharapkan wisata virtual dapat menguatkan organisasi pelaku bisnis wisata untuk mampu mendongkrak daya saing menghadapi minimnya traffic offline kepariwisataan saat ini.


    Penulis:
    Dr. Yudhi Koesworodjati, S.E., MPA.
    Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAS

    Pemerhati Pariwisata
  • 0 Comments:

    Post a Comment

    ALAMAT

    Cihanjuang - Cimahi, Jawa Barat

    EMAIL

    idoeyoptima@gmail.com

    TELEPON

    (022) 664 6418

    MOBILE

    +62 812-2137-498